Selasa, 04 Maret 2008

Masih Relevankah Laporan Keuangan Dipakai sebagai Dasar Pengambilan Keputusan?

Penulis: Imam Nashirudin, SE., AK, MM

Abstraksi:
Laporan keuangan yang disusun oleh bagian akuntansi adalah laporan yang berbasis atau didasarkan atas data histories, sehingga laporan yang dibuat adalah laporan-laporan yang mencerminkan kondisi masa lalu. Apakah kondisi masa lalu masih bisa dipakai sebagai dasar yang baik untuk menilai apalagi memproyeksikan kondisi perusahaan dimasa depan?

Pendahuluan
Pembangunan yang dilakukan secara berkesinambungan selama 61 tahun berturut-turut telah mengubah struktur produksi Indonesia dari perekonomian yang berkonsentrasi pada kegiatan primer kepada kegiatan sekunder.
Dari sudut mikro perusahaan, transformasi itu meliputi proses akumulasi, alokasi dan distribusi sumber-sumber ekonomi berpengaruh kepada unit mikro perusahaan atau economics of the firm. Transformasi struktur ekonomi dalam mikro perusahaan berarti adanya unit-unit usaha yang telah berhasil mengakumulasi assets, revenue, struktur penerimaan lainnya dan hubungannya dengan Negara dalam skala yang jauh lebih besar daripada skala yang dikenal pada tahun-tahun sebelumnya.
Untuk mendukung tercapainya sasaran perusahaan dan pembangunan nasional dalam skala yang lebih luas, profesi akuntansi dituntut untuk dapat menyajikan informasi yang lebih relevan dengan pengambilan keputusan. Relevan artinya informasi yang disajikan harus dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Bila informasi tidak relevan dengan pengambilan keputusan, informasi tersebut tidak akan ada gunanya betapapun kualitas lain terpenuhi.

Para pemakai laporan keuangan selalu menghadapi berbagai masalah yang harus ditangani. Setiap masalah mempunyai tingkat ketidakpastian tertentu, dan setiap
alternative tindakan memiliki tingkat resiko yang tertentu pula. Supaya masalah yang timbul dapat diselesaikan dengan sebaik munkin, para pemakai laporan keuangan harus mampu menekan tingkat ketidakpastian dan resiko serendah mungkin. Untuk mengurangi ketidakpastian dan resiko, para pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi yang berhubungan dengan masalah yang bersangkutan. Para pemakai laporan keuangan meliputi manajemen, investor, kreditor jangka panjang, pemerintah dan secara teoritik karyawan, supplier, masyarakat yang dalam realitanya tidak bisa memanfaatkan laporan keuangan tersebut secara langsung (di Indonesia).

Manajemen sebagai pemakai utama laporan keuangan membutuhkan informasi tersebut untuk mengetahui kemampuan mereka dalam mengelola perusahaan. Investor membutuhkan informasi mengenai deviden yang akan dibayarkan, juga prospek perusahaan dimasa depan. Kreditur jangka panjang membutuhkan informasi untuk mengetahui apakah pembayaran bunga oleh perusahaan dapat mereka terima tepat waktu, juga untuk mengetahui keamanan kredit yang mereka berikan. Pemerintah memerlukan informasi tersebut untuk kepentingan perpajakan dan perencanaan ekonomi.

Para pemakai laporan keuangan tidak dapat menghindari untuk mengambil keputusan, meskipun keputusan itu adalah keputusan untuk tidak melakukan apapun. Mereka harus mengambil tindakan atau memilih suatu alternative untuk mencapai sasaran mereka. Tanpa saran dan data yang jelas mengenai sasaran tersebut, keputusan yang diambil akan sia-sia. Keputusan yang baik akan mencakup 2 sasaran secara bersamaan, yaitu efisiensi dan efektivitas. Efisiensi adalah penggunaan sumberdaya dalam jumlah minimum yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Efektivitas dilain pihak, menekankan pada hasil khususnya tingkat pencapaian tujuan dari pemakaian sumber-sumber.
Sasaran pelaporan keuangan dari suatu Negara dapat berubah-ubah karena dipengaruhi oleh perubahan lingkunan ekonomi, hukum, politik dan social yakni lingkungan dimana terjadinya pelaporan keuangan. Berikut ini adalah beberapa tujuan pembuatan laporan keuangan, yang bisa dipakai sebagai pedoman dan pembanding.

1. Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi investor dan kreditor untuk dasar pengambilan keputusan investasi dan pemberian kredit.
2. Memberikan informasi posisi keuangan perusahaan dengan menunjukkan sumber-sumber ekonomi perusahaan serta asal kekayaan tersebut.
3. Memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba.
4. Memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi utang-utangnya.
5. Memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber pembiayaan perusahaan.
6. Memberikan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam meramalkan aliran kas masuk perusahan.
Faktor lingkungan yang dipertimbangkan adalah:
• Sistem perekonomian yang maju
• Sistem perbankan yang canggih
• Sistem peradilan yang kuat dan mantap
• Pasar modal sebagai sumber utama pendanaan perusahaan
• Pengakuan hak milik individual
• Perseroan terbuka sebagai bentuk perusahaan yang umum
• Penekanan penilaian prestasi individual
• Pemisahan pemilik dan manajemen secara tegas
• Proses pengambilan keputusan rasional
• System birokrasi yang sudah mantap
Pergeseran Kepentingan Penggunaan Laporan Keuangan
Pada awal perkembangan akuntansi di Indonesia, laporan keuangan digunakan sebagai bahan pertanggungjawaban manajemen atas hasil operasi yang telah dilakukannya selama satu periode akuntansi. Para pemakai laporan keuangan yang terdiri dari manajemen, investor, kreditor jangka panjang, pemerintah, karyawan, supplier, konsumen dan masyarakat umum hanya mendapatkan laporan yang berisi pertanggung
jawaban terhadap pengelolaan resources. Mereka cukup puas dengan laporan itu dan juga menggunakan laporan tersebut untuk untuk memprediksi keadaan dimasa datang.
Pergeseran waktu telah mengubah pola pikir dan perilaku pemakai laporan keuangan. Para pemakai laporan keuangan tidak lagi percaya dengan laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen untuk menggambarkan kondisi perusahaan dimasa datang. Hal ini bukan karena laporan keuangan tersebut tidak reliable, tetapi karena laporan tersebut mengandung cacat/kelemahan yang cukup berarti. Para pemakai laporan keuangan tidak hanya sekedar ingin mengetahui kemampuan perusahaan dalam pengelolaan resources pada masa lalu, tetapi juga ingin mengetahui keadaan dan kemampuan perusahaan dimasa sekarang dan masa yang akan datang. Para pemakai laporan keuangan sekarang lebih kritis dan sudah menyadari bahwa penggunaan laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan mempunyai bias yang sangat besar. Karena laporan keuangan disusun menggunakan data historis. Sehingga angka-angka yang ada dalam neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan merupakan informasi masa lalu, informasi yang menggambarkan kondisi perusahaan pada periode sebelumnya.
Keadaan perusahaan pada masa lalu terbukti tidak bisa dipakai sebagai pedoman yang baik untuk memproyeksikan keadaan perusahan dimasa yang akan datang. Perusahan yang mempunyai kemampuan besar dan mampu mendapatkan laba besar pada masa lalu tidak menjamin bahwa perusahaan tersebut juga mempunyai kemampuan yang sama dimasa depan. Begitu sebaliknya, perusahan yang merugi diwaktu lalu, tidak bisa diartikan perusahaan tersebut tidak profitable dimasa depan.
Pengaruh Inflasi dalam Pengukuran
Inflasi yang timbul di suatu Negara akan membawa dampak terhadap perubahan harga suatu barang dari waktu ke waktu. Perubahan tingkat harga (naik) sebagai akibat inflasi akan sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan yang disusun. Selanjutnya akan mempengaruhi perilaku pemakai laporan keuangan, khususnya jika laporan keuangan tersebut akan dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan.
Secara garis besar penyebab inflasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu cost push inflation dan demand pull inflation. Cost push inflation disebabkan oleh meningkatnya harga-harga factor produksi. Cost push inflation di Indonesia biasanya terlihat jelas sesudah adanya devaluasi, karena kebanyakan bahan baku di Indonesia masih import. Demand pull inflation terjadi karena peredaran uang yang relative lebih banyak dibanding barang atau jasa yang ditawarkan.
Perubahan tingkat harga sebagai dampak dari inflasi sangat mempengaruhi stabilitas satuan keuangan. Hal ini selanjutnya akan menimbulkan kesulitan apabila pengukuran didasarkan pada historical cost, dan apabila kita akan membandingkan prestasi perusahaan selama beberapa tahun. Karena pengukuran dalam akuntansi terutama dilakukan dalam satuan keuangan (monetary unit).
Sebagai contoh, suatu asset dalam tahun 1996 dibeli dengan harga Rp 500 juta kemudian dalam tahun 1998 dibeli lagi asset yang sama dengan harga Rp 950 juta. Dalam neraca atau buku besar, asset ini berjumlah Rp 1, 450 milyard (Rp 500 juta + Rp 950 juta). Padahal Rp 500 juta tahun 1996 dan Rp 950 juta tahun 1998 masing-masing mampu membeli 1 (satu) unit asset yang sama. Jadi Rp 500 juta tahun 1996 mempunyai daya beli (purchasing power) yang sama dengan Rp 950 juta pada tahun 1998. Oleh karena itu, penjumlahan angka sejumlah Rp 1,450 juta sebenarnya tidak logis. Hal ini sama sebenarnya sama dengan menambahkan 1000 Km dengan 621 mil (yang sama dengan 1000 Km). Apakah hasilnya akan 1621 mil atau 1621 Km? Tentu saja tidak, karena angka penjumlahan tersebut diatas (Rp 1, 450 milyard), merupakan penjumlahan dari angka-angka yang tidak mempunyai skala ukuran yang sama.
Laporan Keuangan Alternatif
Laporan keuangan alternative ini mempunyai dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi accountability dan decision usefulness. Untuk kepentingan accountability atau pertanggungjawaban, laporan ini disusun dengan menggunakan data historis, dan untuk kepentingan decision usefulness, laporan keuangan didasarkan atas data current value dan future value. Kedua dasar tersebut mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing. Karena data historis merupakan data yang paling obyektif (karena menggunakan
data yang telah benar-benar terjadi), maka dasar ini dipakai sebagai dasar untuk pembuatan laporan keuangan utama. Current value dan future value dipakai sebagai dasar untuk pembuatan laporan keuangan pelengkap (supplementary report).
Keuntungan penggunaan laporan keuangan alternative ini, adalah:
1. Laporan keuangan ini tidak hanya berfungsi sebagai alat pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik dan pemakai laporan keuangan lainnya, tetapi juga memberikan informasi harga dimasa depan untuk barang dan jasa yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, laporan keuangan alternative ini, juga memberikan dasar untuk kepentingan pengambilan keputusan. Laporan keuangan ini sekaligus memberikan informasi yang konsisten dengan tindakan dan prestasi manajemen.
2. Memberikan informasi yang dapat menunjukkan laba operasi dan untung fluktuasi harga sehingga dapat memberikan informasi tentang pengaruh perubahan harga terhadap profitabilitas perusahaan. Laporan ini lebih realistic untuk mengambarkan prestasi manajemen.
3. Laporan model ini lebih lengkap, karena tidak hanya memuat neraca berbasiskan data historis, tetapi juga neraca yang menggunakan data berbasis current value dan future value. Hal ini lebih realistic untuk menggambarkan kondisi perusahaan dimasa sekarang.
4. Laporan keuangan model ini dapat memberikan informasi mengenai efisiensi suatu perusahaan yang lebih baik sebagai dasar penentu hubungan pemakai laporan keuangan dengan perusahaan. Laporan ini dapat dipakai unuk memperbandingkan suatu perusahaan dengan perusahaan lain dengan lebih baik.
5. Laporan ini memberikan informasi capital perusahaan dan asset-asset yang lain dengan lebih realistic, sehingga lebih mudah dipakai untuk dasar monitor dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
Penutup
Dengan adanya perubahan structural dalam bidang ekonomi, social, hukum dan politik, pada saat ini sudah saatnya tujuan akuntansi keuangan di Indonesia diperluas, tidak hanya untuk kepentingan accountability saja, tetapi sekaligus untuk kepentingan pengambilan keputusan.
Begitu pula untuk kepentingan Ditjend Pajak dalam rangka menggambarkan kemampuan sesungguhnya dari wajib pajak. Penggunaan informasi ini lebih realistic untuk DJP saat menentukan potensi potensi pajak.
Laporan keuangan alternative ini memang masih harus dikaji dengan lebih cermat untuk kepraktisan dan kemudahan dalam penerapannya, karena adanya beberapa kesulitan terutama masalah guidance yang akan dipakai sebagai dasar pembuatan laporan keuangan berbasis current value dan future value. Tetapi dengan perkembangan tehnologi yang sudah sangat pesat, terutama tekhnologi komputer, saya yakin kesulitan-kesulitan itu bisa diatasi dengan baik. Sebagai bahan pembanding, beberapa perusahaan di United States, United Kingdom, Australia dan New Zealand menyertakan equity accounting dalam laporan keuangan sebagai supplementary report.

Tidak ada komentar: