Oleh: Imam Nashirudin
Siapa yang berbuat, maka dia harus bertanggung jawab. Saya
sangat setuju dengan ungkapan tersebut. Dan saya juga sangat mendukung adanya
langkah tegas dari DJP untuk mengenakan sanksi bagi pegawai yang terlibat pelanggaran. Dengan mengenakan
sanksi yang tegas, DJP memberi message yang efektive bukan hanya ke jajaran
internal tetapi ke pihak eksternal, bahwa DJP tidak basa basi dalam menjalankan
reformasi birokrasi. Siapapun terlibat akan ditindak !
Ketika kasus tangkap tangan yang dilakukan oleh KPK berhasil
dan diekspose di media secara besar-besaran, rasa marah dan kecewa seluruh
korps DJP terhadap tersangka penerima suap, tidak bisa disembunyikan. Kasus ini
bukan hanya mencoreng nama baik DJP, tetapi juga akan menyulitkan pengumpulan
uang pajak di lapangan. Pertanyaan kecilnya adalah, pantaskah kekecewaan dan
kemarahan kita semata mata ditujukan kepada Gayus, Dhana, Th dll tersangka dan
terpidana kasus pajak? Hikmah dan pelajaran apa yang bisa dipetik untuk perbaikan system control dan pembinaan pegawai dimasa depan? Efektif dan tepatkah jika lembaga pengawas internal (KITSDA) diposisikan sebagai "extra eyes" atau sebagai mata-mata para pimpinan untuk mengawasi para pegawai dan bukannya memposisikan sebagai partner? Tepatkah jika momen ini dipakai untuk mengancam dan menakut nakuti para pegawai
lainnya? Bisakah kita mencetak pegawai pajak yang disiplin, professional, militant, cerdas dan bersemangat dengan cara menciptakan rasa takut?
Bukan tidak mustahil, kita adalah generasi yang dibentuk oleh
sejuta ancaman: Rotan pemukul, gesper, tangan bercincin akik, kapur, penggaris
atau penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru atau orang tua kita dan
seterusnya. Kita dibesarkan dengan seribu satu kata ancaman: Awas….; kalau
berani berani; Jangan coba coba dan
tentu saja tulisan besar besar dan bernada mengancam terpampang disetiap sudut
ruang kantor. Culture dan lingkungan yang dibentuk sedemikian rupa ini mungkin
akan dan dapat membuat para pegawai menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak
lingkungan yang buruk bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat.
Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak
manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut atau sebaliknya, dapat tumbuh.
Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan/dorongan yang didapat
dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh
atau sebaliknya dapat menurun. Tegasnya, ada pegawai yang tambah pintar dan ada
pegawai yang bertambah bodoh.
Sikap arif dan bijaksana para pimpinan dalam merespon
kejadian kejadian yang menimpa DJP sangat diperlukan. Sikap reaktif tanpa
pertimbangan matang akan menimbulkan sikap saling curiga dan akan menghambat
proses kerja dan proses sinergi antar pegawai dalam pelaksanaan tugas. Kasus yang menimpa DJP dapat meningkatkan
soliditas kita, atau sebaliknya, tergantung kita menyikapinya.
Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan korps kita, bukan menaburkan
ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan
menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti. Penjatuhan Sanksi ringan hingga sanksi berat berupa Pemberhentian pegawai, adalah konsekwensi pilihan yang dibuat sendiri oleh para pelanggar aturan. Siapa berbuat, dia harus bertanggung jawab!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar